1.31.2012

Aku tepat di persinggahanmu. Tapi aku tak mendapatimu.

aku duduk di atas amben tepat menghadap kebun singkong,
Hitam, tak ada putih
Hanya ada suara angin yang membantu bersentuhnya daun singkong dengan temananya.
Mereka pun menyapaku ,,

Terasa dingin, tapi tak terlalu
Bibirku kembali menyentuh bibir cangkir teh,,
Hangat,,

Pak
Aku kehilangan sesuatu
pak aku takut

Kali ini telebih dari apa yang aku mampu aku dapatkan.
Aku kalah pak,, maafkan aku

Pak,,
Aku dengar suaramu tapi samar,
Tak tegas, aku kira kau hanya meyapa
Maka, aku kembali berjalan,,

Malam itu begitu gelap, terlalu larut untuk berpikir.
aku salah, saat itu ternyata bukan waktunya otak bekerja untuk berpikir.
Tapi hati untuk merasakan,,
Aku khilaf,,
Maafkan pak,,


 aku dengar Suara ,
Dengan jelas,,
Aku berbohong,,
Aku benar- benar mendengar

Saat kau keluarkan rintihan memanggilku,,
" Nak, bapak belum makan, kasian nak"
Dengan tatapnmu menghadap lantai..
Entah karena kau tak kuat mengangkat kepala,,
Menahan rasa lapar
Atau kau tak membutuhkan wajah-wajah yang mengasihanimu..

Ya pak, aku benar-benar mendengar itu..
Apa kau masih ingat reaksiku???
Memberikanmu sejumlah uang untuk menghilangkan rasa laparmu,,
Tidak-tidak,, aku membantumu berdiri dan kita makan bersama..
Tidak,, aku mengajakmu kerumahku,,

Andai itu aku lakukan,,
Andai,,
Tapi tidak,,

Kau kini tak lagi di tempat itu,,
Aku mencarimu,,
Aku mencarimu ,, bukan untuk memberikan uang padamu..
Tapi aku ingin menukar semua hartaku denganmu..

Apa bisa??
Aku mohon,,
Apa kau sudi???
Tapi aku tak menemukanmu,,

Hingga akhirnya kau datang dengan secarik kertas beramplop dalam genggaman temanku

" Lisa, kamu dimana? Apkah sehat? pulanglah nak. Kami semua merindukanmu, sudah lama kamu tak mengunjungi kami. Nak, bapak berpesan agar kau kembali kee kampung. Disana bapak bilang, kehidupannya terlalu sulit, terlalu keras."

"Bapak telah merasakannya, untuk makan saja, bapak harus meminta-minta karna menjadi buruh panggul membuat punggung sakit, hingga tak kuat untuk berjalan, ia kembali karena ia tak menemukanmu dengan alamat terakhir suratmu. Sayang, ia hanya ingin menjemputmu pulang, ia hanya ingin berkumpul, uang bukan segalanya, ia juga ingin meminta maaf , telah membuatmu bekerja keras untuk pengobatannya dan juga untuk rini"

"Nak, bapak menuliskan semua itu lewat surat saat ia disana. Sebelum ia berpulang kee Tuhan.YME. Sayang, pulanglah, bapak merindukanmu, bapak minta maaf nak"

"Oya, dia juga pernah bercerita dalam satu suratnya, bahwa ia melihat perempuan mirip denganmu. Tapi ia berharap itu bukan kamu, dia bilang perempuan itu seperti dirimu,tapi ia cantik sekali, ia juga memakai pakaian minim sekali, ia berjalan dengan di rangkul oleh seorang pria. Bapak berharap itu bukan kamu, karena bukan itu yang bapak harapkan darimu"

Pak,, aku mencarimu..

Aku kembali ketempt itu pak,,
Aku mencarimu,,
Saat aku tak menghiraukan rintahan suara tanpa tatapanmu..
Dan sekrg aku tahu, kau tak mampu untuk memandagnku juga orang2 disekelilingmu karena rasa sakit itu..

Pak, boleh aku cium tanganmu,,??
Saat kau menengadah menerima rupiah belas kasihan,,

Pak, tapi aku tak menemukannmu,,

pak, kini kau tak perlu mencariku
Aku ada tepat di persinggahanmu..
Tapi aku tak menemukanmu,,

Pak, katakan sesuatu padaku.,

Kau lelah pak?

Akan aku pijiti pak,,
Seperti dulu,,
Ya,, saat ibu membuatkan kita pisang goreng dan kita menemani rini belajar berhitung,,

Pak kini rini telah mendaptkn sarjananya

Pak..
Aku sudah samapikan, tunggu aku hingga aku kembali.tak perlu mencariku..

Pak, aku malu,,
Aku tak mau kau kecewa padaku
Aku ingin menjadi anak kebangganmu selalu,,selalu pak.
Tanpa kau tahu bagaimana caranya,,
Aku menjadikan rini sarjana,,

Pak, kini kau benar-benar menungguku di kebun ini..

Pak aku aku mendengar rintihan suaramu,,
Dengan jelas, ternyata kau juga memanggil namaku..
Aku berbohong pak,,
Pak, aku lihat kau menangkat kepalamu, mencariku,,
Pak, aku berbohong saat aku bilang aku kira kau hanya menyapaku,,
Aku dengan jelas mendengar suara dan melihat wajahmu,,

Pak aku takut saat itu,,
Aku hanya menitipkan sejumlah uang untukmu kepda seseorang. Agar kau menungguku di rumah,,

Pak, aku melihat kusutnya pakainmu,,
Aku ragu apa kau kenakan kaos coklat atau putih,,yang jelas aku yakini pundak kirimu lebih besar dari pundak kananmu..
Pak, bgtu lusuhnya wajahmu..

Pak mengapa kau ditempt itu,
Kau sendiri? kenalkah dengan kakek renta disampingmu itu..?
Aku harap ya,,
Setidaknya aku tenangg, kau memiliki kawan saat itu..untuk berbagi tawa.
Walau sebenarnya duka terpendam dalam rautmu..


Pak aku kembali,,
Ada yang hilang.. Aku mencarimu.
Aku tak marah
Maafkan aku,,

1.21.2012

Kenali Hatiku

kali ini aku ingin berandai-andai..
sejenak saja..

andai saja kau kenal aku
ya sekarang kau kenal aku,, namaku.

andai saja kau kenal sikapku,
dan sekarang kini, kau kenal sikap dari tubuhku..

andai saja kau paham jalan pikiranku,,
sekarang, kau mengerti bagaimana aku mengeluarkan kata dan bersikap dari hasil pikiranku


seandainya, kau kenal aku bukan dari semua itu...
benar saja, kau tak kenal aku dari hal itu, namun itu dirimu.
kau kenal akan dirimu, kau kenali sikapmu, dan kau paham benar akan jalan pikiranmu..

dan aku harus mengenalinya...
tak masalah bagiku.

tapi aku mohon,, kenali aku lewat hatiku..
karna kau tak perlu lakukan apa yang aku lakukan.

terasa berat mungkin untukmu.
juga untukku...

karna aku gunakan hatiku untuk lakukan itu.


12.05.2011

"Obrolan Pertemuan dengan Perpisahan"

Awal pertemuan, akhir perpisahan.
jika tak mau perpisahan jangan pernah bertemu dengan awal.


kurang tepat. 


semua memiliki hak untuk datang dan pergi.
termasuk pertemuan, jangan salahkan ia karena setia pada perpisahan.
begitupun pepisahan, hanya karena memiliki hubungan erat dengan pertemuan ia dijadikan menjadi tersangka pembunuh pertemuan.  


mereka hanya menjalankan tugas.




obrolan pertemuan dengan pepisahan.


Pertemuan : "aku benar-benar menjadi hal yang membuat orang bahagia."
Perpisahan : "kenapa harus aku yang membuat orang kehilangan kebahagian?."
Pertemua : "aku tak tahu, yang aku paham. aku hanya menjalankan tugasku, tapi satu saat aku pernah menjadi sebuah kesedihan."
satu malam, dia datang kedalam kehidupan kegelapan dengan undangan yang aku berikan, dalam kehidupan itu dia bertemu dengan kesalahan-kesalahan yang akhirnya mereka berkawan baik, sangat baik. hingga akhirnya suatu malam. aku dengar ia memanggilmu."
Perpisahan : "benarkah itu? apa ia masih memanggilku?"
Pertemuan : "iya, hingga sekarang ia memanggilmu. dengarlah itu..."
Perpisahan : "aku akan segera mengajaknya bersamaku."
Pertemuan : "cepatlah, aku tak sanggup mendengar resahnya."


perpisahan besegera menemuinya. kini ia mengajaknya menjauh dengan kesalahan.


perpisahan :" sungguh kau mau ikut denganku?aku adalah pembuat kesedihan, tidak seperti pertemuan yang memberikan kebahagian."
dia : "aku telah bersama pertemuan, akhirnya aku bertemu dengan kesalahan. aku berteman dekat dengannya, pada akhirnya aku memahaminya. dia memaksaku tetap bersamanya, aku tak mau. aku ingin bertemu, ajaklah aku perpisahan."


perpisahan :" baiklah,, "


dia :" aku senang bertemu denganmu perpisahan. saat ini aku membutuhkanmu."



akhirnya, perpisahan menjalankan tugasnya dengan senyuman.




tak selamanya pertemuan membahagiakan, tak selamanya perpisahan menyedihkan.
bagaimana kita memberikan arti dengan pertemuan dan pepisahan? setiap orang memiliki perbedaan pandangan. 





11.24.2011

Aku di sini...


“Disampingku teronggok sebuah kursi kayu tua dan reot
Tak tega melihat keegoisannya untuk tetap berada di sudut itu
Entah kapan aku mulai menyadarinya,
Ternyata dia diam tak memberiku sebuah kata
Hanya memaksaku untuk menengoknya
Sampai pada akhirnya, ia lenyap..
Aku mencarinya….”

Malam ini aku mempunyai waktu sejenak untuk meregangkan otot di sekujur tubuhku, diatas ranjang sebuah hotel. Ditemani lantunan musik jazz yang membuatku relax. Jari-jari lihai telah menekan beberapa titik di tubuhku juga bagian kepalaku yang membuatku begitu merasa bahwa semua ototku terasa begitu kencang, mereka berusaha membuatku nyaman dengan pijatannya. Tak begitu kuat jari-jari mereka memijat tubuhku, namun aku merasakan begitu menikmatinya hingga aku tertidur.
Jari-jari mereka begitu lembut, hingga mampu menyelinap dalam bunga tidurku.
Hampir satu jam berlalu, aku terbangun dari tidurku. Hanya aku sendiri kini di dalam kamar hotel ini.
Aku merasa, tubuhku terasa lebih enteng, otot-otot yang kencang sekarang telah mengendur. Aku bangun dari ranjang itu menuju kamar mandi untuk memebersihkan sisa minyak zaitun yang tertempel di tubuhku.
Ponselku berdering,

Aku mencoba meraih ponselku yang berada di meja luar kamar mandi. Ternyata pesan singkat dari kekasihku. “sayang, aku harap kamu selalu dalam lindungan-Nya”. Setelah membacanya, aku letakkan kembali ponselku di atas meja. Aku lanjutkan untuk mandi.
Ponselku kembali berdering, dengan membawa handuk aku keluar dari kamar mandi dan kembali melihat poselku. Ternyata pesan singkat dari managerku, “ gi, aku tunggu di lobi segera. Kita akan melanjutkan perjalanan ke Surabaya sekarang, yang lain sudah menunggu”. Secepat mungkin aku menggerakan jemariku untuk membalas pesan singkat itu, “ ya, aku lagi siap-siap”.
Perjalananku kini menuju kota Surabaya, memang menjadi agenda bulan ini untuk mengadakan tour promo untuk album band pertamaku ini. Sangat melelahkan, singgah dari satu kota ke kota lainnya untuk bermusik, namun hal ini adalah cita-citaku sejak dulu. Menjadi sosok pemusik yang diakui keberadaanya melalui karya di dunia musik nasional.

Menuju bandara soekarno hatta, untuk perjalanan ke Surabaya.
Sesampainya di kota buaya ini, aku sudah disibukkan dengan pelbagai agenda yang harus dijalankan sebagai proses promo album ini. Agenda pertamaku, mengunjungi salah satu radio lokal untuk mengadakan interview mengenai bandku.
Beberapa pertanyaan diajukan untuk setiap personil. Hingga pada akhirnya, kami menyanyikan sebuah lagu yang menjadi hits kami. Ketika aku menyanyikan sebuah lagu, ponselku kembali berdering. Pesan singkat masuk kedalam poselku. “sayang, hari ini aku bener-bener lelah, kamu jaga kesehatan ya. I miss u”. sesegera mungkin aku mematikan ponselku, agar tidak menggangu performance ku saat itu.
Acaraku telah selesai untuk malam ini. Aku mengaktifkan kembali ponselku. Tiba-tiba aku mendapatkan pesan singkat, bahwa no ponsel kekasihku telah menghubungiku sebanayak lima kali.
“agi, kita harus segera kembali ke hotel untuk meeting acara besok”. Tanpa piker panjang, aku menuju ke dalam mobil untuk melaju kehotel.
Sesampainya di hotel, kami menuju kamar untuk mengadakan meeting untuk acara performance esok hari disalah satu pusat perbelanjaan ternama di kota ini. Kini waktu telah menunjukan pukul 1 malam. Saatnya beristirahat, persiapakan diri untuk esok hari.
Pesan singkat muncul di ponselku, “ happy anniversary sayang, aku harap kamu baik-baik disana ya. Dimanapun aku, aku sayang kamu”. Pesan itu sempat terbaca olehku malam itu, aku tidak sempat membalasnya  karena aku telah berada dalam dunia dimana segala sesuatu yang tak mungkin dapat menjadi mungkin disini. 280911.

Malam itu berarti tepat setahun aku menjalin hubungan dengan kekasihku, ica. Hubungan kami tidak seperti orang kebanyakan, yang setiap malam minggu jalan berdua. Atau harus menelpon di manapun kita berada. Melaporkan semua kegiatan yang dilakukan hari itu, atau untuk hari selanjutnya. Kadang, hal itu sebenarnya kami lakukan, namun bukan sesuatu yang wajib bagi kami. Alasan kami atas semua itu adalah, yang terpenting adalah pengertian. Aku selalu merasa tak nyaman, saat segala sesuatunya harus dilaporkan, “memangnya aku satpam”,  Aku selalu berkata begitu, ketika dia kesal saat aku tak memberikan kabar mungkin hingga berhari-hari. Aku selalu mempunyai alasan untuk hal itu, karena aku di sini tak macam-macam. Aku benar-benar sibuk dengan pekerjaanku. Bukan untuk berhura-hura atau sekadar main-main. Disini aku memerlukan tenaga dan pikiran untuk menghasilkan sebuah penampilan yang baik.
Kami terpisah oleh ruang dan waktu. Ica bermukim di kotanya, yaitu banten. Sedangkan aku kini di Jakarta, namun itu merupakan tempat singgahku. Sekarang aku harus singgah dibeberapa kota, Surabaya, malang, jogja dan solo dalam seminggu ini. Ica sangat rajin mengirimkan pesan singkat kepadaku, karena hanya itu yang bias ia lakukan. Aku merasa bahwa ia begitu merindukanku, begitu juga aku. Telah sebulan ini, aku tidak mendengar suaranya. Hanya pesan singkat yang aku terima. Aku tahu, ia tidak akan menelponku, ia tahu bahwa aku tidak akan mengangkatkanya, karena aku begitu sibuk. Suatu waktu pernah ia menghubungiku dan aku jawab panggilannya, namun aku berkata, “aku lagi latihan”, mungkin dari situlah ia mencoba menahan keinginannya untuk menghubungi. Ia menunggu aku menghubunginya, karena saat itulah aku tidak dalam keadaan sibuk, namun sudah sebulan ini aku tidak menelponnya, pesan singkatnyapun jarang aku balas. Aku sadar itu, merasa bersalah tentunya. Tapi aku yakin, ia mengerti akan situasi dan kondisiku sekarang. Karena aku mengenalnya.

Sudah dua bulan berlalu, kini usahaku telah membuahkan hasil. Tak hanya dikontrak oleh sebuah lebel ternama, kamipun mendapatkan kesempatan tampil ditelevisi-televisi. Dari situlah, banyak sesuatu yang berubah. Gaya hidup, kebutuhan, pergaulan, juga termasuk perasaan. Mengenal pelbagai sosok orang membuatku merasakan sesuatu yang baru.
Pesan singkat selalu singgah diponselku, “ sayang, walau aku ngga ada disamping kamu, tapi aku selalu menjaga hatiku”. Atau pesan singkat yang masuk di pagi hari, “ pagi sayangku, aku harap kamu selalu diberikan kelancaran, I Love u”. atau sekadar ucapan selamat malam dengan gayanya, “ malam ini, aku titip salam sama angin, kalo aku sayang kamu. Selamat malam sayang”.

Dengan beberapa hal baru yang ada dihidupku, aku mengenal perempuan bernama mesi. Ia salah seorang kenalan dari temanku. Ia selalu hadir di acara-acara kami, membawakan aku makanan, atau hanya sekadar mengucapkan kata semangat untuk acara pementasanku. Telah dua minggu ini aku mengenalnya, lebih dekat. Ia selalu ada, untuk memberikan perhatiannya secara langsung dihadapanku. Sangat berarti bagiku, apalagi belakangan ini, aku mengalami krisis komunikasi dengan ica. Sekarang, pesan singkat darinya jarang aku terima. Dan suatu waktu aku menghubunginya, tak dijawab olehnya. Dan kini aku mendapatkan perhatian penuh dan langsung dari mesi yang begitu memesona secara fisik dibandingkan ica. Hal itu aku akui salah, tak seharusnya aku membanding-bandingkan ica dengan mesi, bagaimanapun ica adalah kekasihku dan mesi adalah seseorang yang belum lama aku kenal. Namun tak bias aku pungkiri, perhatiiannya begitu terasa dan ternyata aku butuhkan.

Telah tiga bulan ini, aku tidak sama sekali mendaptkan kabar dari ica. Aku pikir ia telah melupakanku, dan mendapatkan penggantiku. Karena aku terlalu sibuk dengan urusanku. Acara-acara on-air dan off-air yang aku jalani sangat menyita waktuku. Hal ini adalah sebuah konsekuensi yang harus aku terima, untuk sebuah kesuksesan. Pundi-pundi materi, terus mengalir kedalam kantongku. Pelbagai rencana, telah aku rancang sebagai investasiku. Kedekatanku dengan mesi juga semakin serius. Telah 4 bulan ini aku menjalani hubungan dengan mesi, seperti halnya dengan ica. Tak ada akhir yang bias aku ceritakan dengan ica, karena ia menghilang tanpa pernah berpamitan pada komitmen kami, dan aku anggap itu sebagai hal mempermudah hubunganku dengan mesi.

Ternyata tanpa aku duga, mesi mengajakku untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Sebenarnya akupun sempat berencana seperti itu, rencana itu sebenarnya aku rancang dengan ica, namun semua telah berbeda. Kini mesi yang ada dismpingku.
“sayang, aku ngga mau kalo hubungan kita ini Cuma sekedar pacaran aja, aku dan begitupun orang tuaku menginginkan agar hubungan ini di seriuskan”, mendangar kata-kata itu aku tak bias langsung menjawabya. Aku hanya diam dan berpikir. Pelbagai pikiran berkecamuk di otakku, tentang pekerjaan, keluarga, masa depan, juga masa lalu.

Aku terdiam di dalam studio musikku, aku merenung. Segala hal yang aku butuhkan untuk membina rumah tangga telah aku miliki, materi, usia yang cukup, juga dukungan dari keluarga yang menyuruhku untuk segera menikah, alasan mereka yaitu agar ada yang memerhatikan segalanya tentangku. Tak mengapa rasanya tak lengkap, ada bagain yang hilang.

Tiba-tiba, sahabatku dan sekaligus rekan bandku mendatangku. “gi, segala sesuatu kita mulai dari nol, segala upaya dan doa kita butuhkan untuk mencapai semua itu. Dan orang-orang disekitar kita saat itulah, yang benar-benar berjasa dalam usaha kita. Segala doa dan semngat yang mereka berikan, dan saat dimana kita benar-benar ngga punya apa-apa. Liat aku, sekarang aku benar-benar bahagia dengan apa yang aku dapetin sekarang. Juga masalah cinta, sekarang lengkap. Aku sekarang hidup seatap dengan perempuan yang benar-benar hebat mendampingi aku lewat doanya disaat aku lupa berdoa untuk diriku sendiri apalagi untuk kami, tapi ia tetap setia menungguku. Dan kesabaran kami benar-benar membuahkan hasil dan hasilnya buah hati kami, reni. Hehehe..”. mendengar hal itu, aku sadar memang ada bagian yang tak lengkap dari rencanaku, aku telah memiliki atap, lantai, dan segala isi didalmnya, namun aku tidak memiliki tiang pasanganku yaitu ica.

Hari itu juga, aku menemui mesi. Mengatakan bahwa aku tak bias berdampingan dengannya untuk mengikat tali pernikahan. Ketika, aku membuka pintu apartmennya, aku menemukannya dengan seorang pria yang aku kenal. Tanpa berkata sesuatu, aku kembali keluar.

Segala macam pikiran berkecamuk di batinku. Inilah hasilnya atas ketidak setiannku, inilah hasilnya, saat aku tak bias menjaga dan mensyukuri dengan apa yang aku punya. Dan saatnya aku harus membayar semuanya. Aku tak bisa membohongi diriku sendiri, bahwa aku mencintai ica. Ica yang selalu menyertakan aku dalam doanya, menajaga hatiku yang ada padanya, mengerti akan setiap keegoisanku, mencariku saat aku mulai tak mencarinya. Paham bagaimana diam dalam kerinduan demi sebuah pengorbanan. Dengan segala hal yang aku tak miliki, ia hadir untuk membuatku percaya.

Pikiran it terus terngiang di pikiran dan batinnku. Aku merasa bersalah. Seketika, aku teringat dengan pesan singkat terakahir yang aku terima dari ica. Saat itu aku tidak membalasnya, karena aku sedang bersama mesi di apartmennya. Sesegera mungkin saat itu, aku menonaktifkan ponselku. Tapi aku sempat membacanya, “ sayang, malam ini dingin sekali. Aku merasa begitu kedinginan. Sayang, aku selalu menjaga diriku untuk kita nanti. Aku harap kamupun begitu. Sayang, aku yakin kita akan bersama walaupun bukan sekarang.”
Malam itu juga aku berangkat ke Banten untuk menemui ica. Aku hubungi managerku, “ wi, aku minta braek buat besok. Ada urusan penting.” “aduh, ga bias gi. Jadwal udah fix, ga bisa dirubah.” “aku ngga mau tau, aku Cuma minta break sehari untuk sekali ini.” “yaudah aku atur, deh”

Aku segera menuju kemobil melaju dengan kecepatan penuh, di dalam mobil aku berusaha menghubngi ica. Namun tak sekalipun ia menjawab telponku. Apakah ia telah benar-benar melupakanku? Apaka dia benar-benar kecewa dan sakit hati kepada tentang hubunganku dengan mesi yang muncul dilayar kaca? Ataukah dia telah mendapatkan penggantiku? Yang terpenting adalahaku harus segera tiba dirumahnya, untuk menjawab segala pertanyaan dibenakku serta meminta maaf kepadanya dan yang paling penting adalah menayatkan cintaku kepadanya, naïf kah aku? Apapun itu, kini aku merasa beraharap dan harus bersamanya.

Akhirnya aku sampai pada temapt tujuanku. Aku merasa aku perlu menjelaskan apa yang harus aku jelaskan, pertanyaan-pertanyaan yang akan bertubi-tubi menyerangku, aku berjanji aku akan mejawabnya dengan kejujuranku, ya sepenuhnya. Akupun akan menjawab segala pertanyaan yang tak terucap dari mulutnya, aku akan menjawabnya. Kakikupun menginjak tanah, yang telah lama aku tinggalkan. Gemetar kakiku,, aku malu, tapi aku perlu menjelaskan semuanya untuk mendapatkannya. Aku harap. Aku langkahkan kakiku mendekati rumahnya.

Kini gemetar tak saja melanda kakiku, tetapi dadaku. Detak jantungku kini berdetak lebih bersemangat akibat pemandangan yang aku dapati. Duduk dua orang di depan teras rumahnya. Aku pastikan, ia adalah kedua orang tua ica. Aku lihat mereka berdu terlibat dalam obrolan serius, hal itu dapat aku lihat dari raut wajah keduanya yang menggambarkan ketegangan. Aku beranikan diri untuk membuka langkah pertamaku untuk niatan baikku.
“asslammualikum,,”
“walaikumsalam, eh,, nak egi. Silahkan masuk”
Sambutan yang hangat, pertanda baik untuk langkah pertama. Raut ketegangan dalam percakapan keduanya telah hilang. Diganti dengan sapaan manis dari ibunya. Sedangkan ayahnya, hanya bersalaman kemudian masuk kedalam rumah dan meninggalkan aku dengan isterinya.
“sudah lama tak datang, apa kabarnya?”
“iya ibu,, kabar baik. Ibu gimna? Sehat?”
“Alhamdulillah sehat semua disini”
Semua? Berarti termasuk dengan ica. Pernyataan ibunya membuat aku merasa sedikit lebih tenang dengan segala macam pikiranku tentang ica, hal yang paling penting sudah akau dapatkan, ia sehat.
“ibu, gimana kabar ica?”
“ ica?”
“iya bu,, gimana kabar ica? Ica ada bu?”
Raut wajah ibunya berubah murung. Kini pandangannya tak lagi seramah pertama aku datang. jelas raut wajahnya berubah menjadi duka. Matanya berkaca-kaca.  Kini jelas terlihat menetes air matanya yang mengalir di pipinya.
“ibu, kenapa dengan ica?, adakah sesuatu yang terjadi padanya? Tadi ibu bilang, bahwa semua sehat?, termasuk ica kan bu?”

Pertanyaanku menyerangnya bertubi-tubi, semakin ia meneteskan air mata semakin membuatku melemparkan pertanyaan kepadanya. Hingga akhirnya ayah ica datang menghampiri kami berdua. Sekejap aku tersadar atas sikapku yang membuat ibu ica semakin menangis. Aku merasa aku egois dengan penyiksaanku kepadanya dengan pertanyaan-pertanyaanku.
“maaf pak, maaf.. bukan maksudku membuat ibu seperti ini”
Ia tidak menjawab permintaan maafku. Ia hanya berusaha menenangkan isterinya, yang menangis tersedu-sedu. Aku merasa bersalah dengan sikapku Namun, aku merasa berhak mengetahu keadaan ica. Karena aku adalah kekasihnya, ya itu pikiranku sekarang. Egoiskah aku? Tentunya! Terserah apa kata siapapun. Yang penting aku memerlukan kabar tentang ica. Pertanyaan-pertanyaan yang telah aku ajukan kepada ibunya, tak medapatkan jawaban, hanya linangan air mata yang menjawab pertanyaanku. Dan kini pertanyaan-pertanyaan itu bersarang di otakku. Tak hanya otakku, hatiku,, ya hatiku lebih bertanya-tanya tentang ica. Aku terlalu dini, untuk memikirkan apakah ica masih mencintaiku? Sekarang yang aku butuhkan. Sehatkah ia? Dan dimana kah ia sekarang?

            Aku hanya terdiam. Tiba-tiba ayahnya berkata
“maaf gi, maaf kami membuatmu bingung”
“iya pak, ngga apa-apa. Aku Cuma mau Tanya. Gimana kabarnya ica? Bolehkah aku menemuinya?”
“boleh qo, nanti kita temui dia”
“benar pak?”
Raut wajahku berubah menjadi sumeringah, aku akan bertemu dengan ica. Yaa. Orang yang aku sayang hingga detik ini. Orang yang telah aku kecewakan. Orang yang telah menemaniku dalam perjuanganku meniti kaririku hingga aku mendapatkan apa yang aku miliki sekarang. Iya, dia ica. Wanita yang telah lama aku tinggalkan, aku tak melupakannya. Aku mengakui keberadaanya. Tapi bodohnya aku, aku selalu meyuruhnya untuk diam menantiku, tanpa menjaganya. Dan sekarang aku akan menemuinya. Yaa, bertemu dengannya, melihat kembali wajah ayunya, yang membuatku tenang dalam setiap kegelisahanku, yang sudah lama aku tak merasakannya. Aku tak melihatnya, juga dalam hatiku. Aku tak sabar.
Tapi satu hal yang membuatku kembali bertanya akan suatu hal, ya satu hal yang membuatku bertanya-tanya dengan satu pertnyaan. “ kenapa ibunya ica menangis saat aku tanyakan tentang ica? Kenapa? Kenapa? Kenapa?”
Saat pikiranku sibuk bertanya-tanya ayahnya ica mengajakku pergi.
“mari egi, kita temui ica”
“iya pak”

Kami berdua berjalan meninggalkan ibunya ica, yang masih menampakan raut kesedihannya dengan sisa-sisa air mata yang membuat matanya berkaca-kaca.
Kami berdua berjalan, dalam perjalanan ayahnya ica mengajakku berbincang tentang pekerjaanku. Tentang karirku. Aku menjawabnya seadanya, focus pikiranku hanya pada ica. Spanjang perjalanan aku sibuk dengan pikiranku sendiri, dan ayahnya ica sibuk dengan seorang anak kecil yang dipangkunya. Aku mengemudikan mobil dengan sesekali melihat kea rah anak kecil itu. Dia tertawa padaku.
“sayang, aku ada disini sayang, kamu kemana?, aku tunggu kabar dari kamu. Kamu menghilang. Apa kamu sibuk? Apa ngga sempat kabarin aku? Aku khawatir sayang, udah seminggu lebih kamu sibuk ya?. Tapi apa sesibuk itu? Atau kamu lupa sama aku?, aku ada disini sayang,,”

“Suatu saat nanti, ketika redupnya mentari menemaniku
Akan aku katakana bahwa hening terasa membuatku tenang
Walau terkadang kegaduhan singgah menjadi pelipur lara
Kau tau? Aku diam-diam menjadi pencuri senyuman
Dan hingga saatnya nanti, kelak kau akan menyadarinya”

            Pesan singkat-pesan singkat dari ica kini terus melintas dipikiranku, alangkah teganya aku. Aku tak pernah memberi kabar padanya, apalagi menanyakan kabarnya. Mungkin saat itu aku sedang sibuk, tapi saat aku tak sibukpun aku tak berniat untuk membalas pesan singkatnya. Ya,, aku berpikir untuk apa hubungan seperti ini? Dia tak ada saat aku butuhkan. Ketika aku membutuhkan seseorang yang ada disampingku saat itu adalah mesi, padahal aku memiliki ica yang menunggu. Salahku selalu membuatku menyesal sekarang.

            “stop egi, didepan”
Ayahnya ica menyuruhku berhenti dan menunjuk ke sebuah tempat.

Aku mematikan mesin mobil dan menuju tempat itu. Tak asing bagiku. Ini adalah tempat favorit kita. Bukan sebuah taman, ini adalah sebuah bukit hijau. Dibawahnya dulu kita bisa  melihat pemandangan lampu-lampu kota, ada sebuah bangku kayu panjang tempat dimana kita selalu berkhayal tentang masa depan. Tentang bagaimana nanti kita menikah, mulai dari adat apa yang akan kita gunakan, hingga warna pakaian pengantin yang akan kami kenakan. Anak yang akan kami miliki, hingga kelak cucu yang lucu menemani kami saat kami renta. Itu tanda bahwa kami telah berusaha berkomitmen untuk bersama hingga akhir hayat.
“egi, ayoo” ajak ayahya. Ia berjalan menuju sebuah pohon beringin rindang.
Aku tersenyum, mengenang semua tentang ica. Dan yang membuatku senang, aku sekarang disini untuk menemui ica. Aku sudah yakin, ica tak akan melupakan semua tentang kami. Buktinya sekarang ia ada disini. Ditempat favorit kami. Aku terus berjalan di belakang ayahnya ica, dengan kenangan indah yang menemaniku dan mataku sibuk berusaha mencari keberadaan ica. Tapi tak kudapati. Tak ada seorang di bawah pohon itu.
Akhirnya  …

11.10.2011

Sepercik Embun dari Sabar & Ikhlas: Tentang Wanita

Sepercik Embun dari Sabar & Ikhlas: Tentang Wanita: Ketika TUHAN menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-6. Malaikat bertanya "mengapa begitu lama Tuhan?" Tuhan menjawab : "Sudahkan engk...

10.25.2011

autosugesti


“dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat bahwa bukan kebahagian yang membuat kita berterimakasih, namun rasa terima kasihlah yang membuat kita bahagia” (Albert Clarke)
Tentunya sering sekali kita mendengar kata-kata seperti di atas. Kata-kata yang diungkapkan oleh motivator-motivator di media massa cetak atau elektronik. Kata-kata tersebut bertujuan untuk memengaruhi pikiran kita. Menjadikan kita mampu untuk mengaktualisasikannya dalam kehidupn demi tercapainya sebuh tujuan tertentu.

Menurut  Napoleon Hill dalam bukunya New Think and Grow Rich, autosugesti adalah cara berk
omunikasi antara bagian pikiran tempat berlangsungnya pemikiran sadar dan bagian yang bertindak sebagai pusat tindakan pikiran bawah sadar.
Mengingat hal tersebut, ternyata tak begitu saja kata-kata yang kita serap mampu teraktualisasikan dalam kehidupan, apalagi kata-kata tersebut mampu mengubah sesuatu dalam kehidupan. Peranan kata-kata dalam hal ini adalah sebagai jembatan penyampaian keinginan pada alam bawah sadar. Apakah anda pernah berpikir, mengapa bisa hanya sebuah kata-kata dapat membuat kita melakukan sesuatu yang mampu mengubah sesuatu dalam kehidupan kita? Itulah yang disebut dengan autosugesti.

Tidak sekedar berucapa dengan kata-kata dalam melakukan autosugesti, ada beberapa hal harus menjadi perhatian demi keberhasilannya autosegesti. Jika alam bawah sadar kita telah mampu merekam keinginan yang kita nyatakan dengan kata-kata positif yang diucapkan berulang-ulang sebagai sebuah perintah(afirmasi positif berulang) maka segala tindakan dan pikiran kita akan berorientasi pada keinginan tersebut. Oleh karena itu, keinginan menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan autosugeti ini. Selain keinginan, keyakinan menjadi salah satu faktor keberhasilan autosugesti ini. Keyakinan bahwa kita mampu melakukan sesuatu dari kata-kata yang teraktualisasikan dari keinginan tersebut. Untuk memengaruhi alam bawah sadar kita, hal yang harus juga harus diperhatikan adalah emosi. Ulangi kata-kata tersebut dengan penuh emosi. Tidak harus dengan bersuara apalagi berteriak-teriak, yang terpenting adalah konsentrasi, sehingga komunikasi alam sadar dan bawah sadar kita mampu terjalin dengan baik.

9.15.2011

jika tak datang angin saat itu

kan ku katakan pada malam yang selalu setia dalam kegelapan
akan ku titipkan pada sapuan angin yang selalu mesra menjama dedauan
jika tak datang angin saat itu
tunggu dalam diam,, rasaku kan manghampiri.

saat ini aku ditemani oleh rasamu yang selalu menjagaku, atau aku saja yang terlalu percaya diri bahwa rasa itu selalu mengikuti karena aku selalu mengamati hatimu??
aku tak peduli,, selagi aku mampu merasakan perasaan ini.
aku lepaskan sayap harapan yang terbang menghampirimu ..
aku harap dia bercerita melalui kepakan sayapnya tentangku..

berandai saja itu aku, yang akan selalu mengamatimu dalam gerak dan diammu.

aku akan menjadi udara saat kau mulai berpikir dalam keriuhan kegiatan logikamu,,
akan ku hembuskan udara yang aku curi dari langit yang tak terkontaminasi oleh nafas logika kotor yang selalu mengalahkan hati.

dan saat kau terdiam, karena tak ada lagi mata yang membuatmu mengerti..
aku akan menjelma menjadi suara diam yang aku pastikan kau mendengarnya..
ceritakan dalam diam, aku akan mendengarnya lewat lantunan hening waktu ,,
tak akan ada kata yang berkejaran dengan angin yang selalu kalah karena waktu.
karena saat itu, aku mohon pada penguasa waktu untuk berhenti membawa muatan cerita..
aku minta, hanya diammu yang melewati waktu.. dan aku ada.


namun jika suatu saat nanti, sayapku telah rapuh..
aku telah menceritakan tentangmu pada angin yang tak riuh akan gerakanya,, untuk menjagamu dalam kehangatan saat tak ada lagi sayap yang mampu memelukmu..
akupun telah bercerita tentangmu pada malam yang selalu menjadi sahabat heningku, ia paham aku, tentang mauku tentangmu, doaku untukmu, harapanku untuk kita, yang aku ukir dalam kegelapannya...

dan aku akan tetap disini, dalam udara yang menjadi kehidupan...
selagi kau mau...














berbagi pengalaman melalui tulisan

waktu menceritakan



About

Entri Populer

Pengikut