aku duduk di atas amben tepat menghadap kebun singkong,
Hitam, tak ada putih
Hanya ada suara angin yang membantu bersentuhnya daun singkong dengan temananya.
Mereka pun menyapaku ,,
Terasa dingin, tapi tak terlalu
Bibirku kembali menyentuh bibir cangkir teh,,
Hangat,,
Pak
Aku kehilangan sesuatu
pak aku takut
Kali ini telebih dari apa yang aku mampu aku dapatkan.
Aku kalah pak,, maafkan aku
Pak,,
Aku dengar suaramu tapi samar,
Tak tegas, aku kira kau hanya meyapa
Maka, aku kembali berjalan,,
Malam itu begitu gelap, terlalu larut untuk berpikir.
aku salah, saat itu ternyata bukan waktunya otak bekerja untuk berpikir.
Tapi hati untuk merasakan,,
Aku khilaf,,
Maafkan pak,,
aku dengar Suara ,
Dengan jelas,,
Aku berbohong,,
Aku benar- benar mendengar
Saat kau keluarkan rintihan memanggilku,,
" Nak, bapak belum makan, kasian nak"
Dengan tatapnmu menghadap lantai..
Entah karena kau tak kuat mengangkat kepala,,
Menahan rasa lapar
Atau kau tak membutuhkan wajah-wajah yang mengasihanimu..
Ya pak, aku benar-benar mendengar itu..
Apa kau masih ingat reaksiku???
Memberikanmu sejumlah uang untuk menghilangkan rasa laparmu,,
Tidak-tidak,, aku membantumu berdiri dan kita makan bersama..
Tidak,, aku mengajakmu kerumahku,,
Andai itu aku lakukan,,
Andai,,
Tapi tidak,,
Kau kini tak lagi di tempat itu,,
Aku mencarimu,,
Aku mencarimu ,, bukan untuk memberikan uang padamu..
Tapi aku ingin menukar semua hartaku denganmu..
Apa bisa??
Aku mohon,,
Apa kau sudi???
Tapi aku tak menemukanmu,,
Hingga akhirnya kau datang dengan secarik kertas beramplop dalam genggaman temanku
" Lisa, kamu dimana? Apkah sehat? pulanglah nak. Kami semua merindukanmu, sudah lama kamu tak mengunjungi kami. Nak, bapak berpesan agar kau kembali kee kampung. Disana bapak bilang, kehidupannya terlalu sulit, terlalu keras."
"Bapak telah merasakannya, untuk makan saja, bapak harus meminta-minta karna menjadi buruh panggul membuat punggung sakit, hingga tak kuat untuk berjalan, ia kembali karena ia tak menemukanmu dengan alamat terakhir suratmu. Sayang, ia hanya ingin menjemputmu pulang, ia hanya ingin berkumpul, uang bukan segalanya, ia juga ingin meminta maaf , telah membuatmu bekerja keras untuk pengobatannya dan juga untuk rini"
"Nak, bapak menuliskan semua itu lewat surat saat ia disana. Sebelum ia berpulang kee Tuhan.YME. Sayang, pulanglah, bapak merindukanmu, bapak minta maaf nak"
"Oya, dia juga pernah bercerita dalam satu suratnya, bahwa ia melihat perempuan mirip denganmu. Tapi ia berharap itu bukan kamu, dia bilang perempuan itu seperti dirimu,tapi ia cantik sekali, ia juga memakai pakaian minim sekali, ia berjalan dengan di rangkul oleh seorang pria. Bapak berharap itu bukan kamu, karena bukan itu yang bapak harapkan darimu"
Pak,, aku mencarimu..
Aku kembali ketempt itu pak,,
Aku mencarimu,,
Saat aku tak menghiraukan rintahan suara tanpa tatapanmu..
Dan sekrg aku tahu, kau tak mampu untuk memandagnku juga orang2 disekelilingmu karena rasa sakit itu..
Pak, boleh aku cium tanganmu,,??
Saat kau menengadah menerima rupiah belas kasihan,,
Pak, tapi aku tak menemukannmu,,
pak, kini kau tak perlu mencariku
Aku ada tepat di persinggahanmu..
Tapi aku tak menemukanmu,,
Pak, katakan sesuatu padaku.,
Kau lelah pak?
Akan aku pijiti pak,,
Seperti dulu,,
Ya,, saat ibu membuatkan kita pisang goreng dan kita menemani rini belajar berhitung,,
Pak kini rini telah mendaptkn sarjananya
Pak..
Aku sudah samapikan, tunggu aku hingga aku kembali.tak perlu mencariku..
Pak, aku malu,,
Aku tak mau kau kecewa padaku
Aku ingin menjadi anak kebangganmu selalu,,selalu pak.
Tanpa kau tahu bagaimana caranya,,
Aku menjadikan rini sarjana,,
Pak, kini kau benar-benar menungguku di kebun ini..
Pak aku aku mendengar rintihan suaramu,,
Dengan jelas, ternyata kau juga memanggil namaku..
Aku berbohong pak,,
Pak, aku lihat kau menangkat kepalamu, mencariku,,
Pak, aku berbohong saat aku bilang aku kira kau hanya menyapaku,,
Aku dengan jelas mendengar suara dan melihat wajahmu,,
Pak aku takut saat itu,,
Aku hanya menitipkan sejumlah uang untukmu kepda seseorang. Agar kau menungguku di rumah,,
Pak, aku melihat kusutnya pakainmu,,
Aku ragu apa kau kenakan kaos coklat atau putih,,yang jelas aku yakini pundak kirimu lebih besar dari pundak kananmu..
Pak, bgtu lusuhnya wajahmu..
Pak mengapa kau ditempt itu,
Kau sendiri? kenalkah dengan kakek renta disampingmu itu..?
Aku harap ya,,
Setidaknya aku tenangg, kau memiliki kawan saat itu..untuk berbagi tawa.
Walau sebenarnya duka terpendam dalam rautmu..
Pak aku kembali,,
Ada yang hilang.. Aku mencarimu.
Aku tak marah
Maafkan aku,,
monica f mega
"setiap kita adalah malaikat dengan satu sayap saja, karenanya kita hanya bisa terbang dengan saling merangkul." -Luciano de Crescenzo-
1.31.2012
1.21.2012
Kenali Hatiku
kali ini aku ingin berandai-andai..
sejenak saja..
andai saja kau kenal aku
ya sekarang kau kenal aku,, namaku.
andai saja kau kenal sikapku,
dan sekarang kini, kau kenal sikap dari tubuhku..
andai saja kau paham jalan pikiranku,,
sekarang, kau mengerti bagaimana aku mengeluarkan kata dan bersikap dari hasil pikiranku
seandainya, kau kenal aku bukan dari semua itu...
benar saja, kau tak kenal aku dari hal itu, namun itu dirimu.
kau kenal akan dirimu, kau kenali sikapmu, dan kau paham benar akan jalan pikiranmu..
dan aku harus mengenalinya...
tak masalah bagiku.
tapi aku mohon,, kenali aku lewat hatiku..
karna kau tak perlu lakukan apa yang aku lakukan.
terasa berat mungkin untukmu.
juga untukku...
karna aku gunakan hatiku untuk lakukan itu.
sejenak saja..
andai saja kau kenal aku
ya sekarang kau kenal aku,, namaku.
andai saja kau kenal sikapku,
dan sekarang kini, kau kenal sikap dari tubuhku..
andai saja kau paham jalan pikiranku,,
sekarang, kau mengerti bagaimana aku mengeluarkan kata dan bersikap dari hasil pikiranku
seandainya, kau kenal aku bukan dari semua itu...
benar saja, kau tak kenal aku dari hal itu, namun itu dirimu.
kau kenal akan dirimu, kau kenali sikapmu, dan kau paham benar akan jalan pikiranmu..
dan aku harus mengenalinya...
tak masalah bagiku.
tapi aku mohon,, kenali aku lewat hatiku..
karna kau tak perlu lakukan apa yang aku lakukan.
terasa berat mungkin untukmu.
juga untukku...
karna aku gunakan hatiku untuk lakukan itu.
12.05.2011
"Obrolan Pertemuan dengan Perpisahan"
Awal pertemuan, akhir perpisahan.
jika tak mau perpisahan jangan pernah bertemu dengan awal.
kurang tepat.
semua memiliki hak untuk datang dan pergi.
termasuk pertemuan, jangan salahkan ia karena setia pada perpisahan.
begitupun pepisahan, hanya karena memiliki hubungan erat dengan pertemuan ia dijadikan menjadi tersangka pembunuh pertemuan.
mereka hanya menjalankan tugas.
obrolan pertemuan dengan pepisahan.
Pertemuan : "aku benar-benar menjadi hal yang membuat orang bahagia."
Perpisahan : "kenapa harus aku yang membuat orang kehilangan kebahagian?."
Pertemua : "aku tak tahu, yang aku paham. aku hanya menjalankan tugasku, tapi satu saat aku pernah menjadi sebuah kesedihan."
satu malam, dia datang kedalam kehidupan kegelapan dengan undangan yang aku berikan, dalam kehidupan itu dia bertemu dengan kesalahan-kesalahan yang akhirnya mereka berkawan baik, sangat baik. hingga akhirnya suatu malam. aku dengar ia memanggilmu."
Perpisahan : "benarkah itu? apa ia masih memanggilku?"
Pertemuan : "iya, hingga sekarang ia memanggilmu. dengarlah itu..."
Perpisahan : "aku akan segera mengajaknya bersamaku."
Pertemuan : "cepatlah, aku tak sanggup mendengar resahnya."
perpisahan besegera menemuinya. kini ia mengajaknya menjauh dengan kesalahan.
perpisahan :" sungguh kau mau ikut denganku?aku adalah pembuat kesedihan, tidak seperti pertemuan yang memberikan kebahagian."
dia : "aku telah bersama pertemuan, akhirnya aku bertemu dengan kesalahan. aku berteman dekat dengannya, pada akhirnya aku memahaminya. dia memaksaku tetap bersamanya, aku tak mau. aku ingin bertemu, ajaklah aku perpisahan."
perpisahan :" baiklah,, "
dia :" aku senang bertemu denganmu perpisahan. saat ini aku membutuhkanmu."
akhirnya, perpisahan menjalankan tugasnya dengan senyuman.
tak selamanya pertemuan membahagiakan, tak selamanya perpisahan menyedihkan.
bagaimana kita memberikan arti dengan pertemuan dan pepisahan? setiap orang memiliki perbedaan pandangan.
jika tak mau perpisahan jangan pernah bertemu dengan awal.
kurang tepat.
semua memiliki hak untuk datang dan pergi.
termasuk pertemuan, jangan salahkan ia karena setia pada perpisahan.
begitupun pepisahan, hanya karena memiliki hubungan erat dengan pertemuan ia dijadikan menjadi tersangka pembunuh pertemuan.
mereka hanya menjalankan tugas.
obrolan pertemuan dengan pepisahan.
Pertemuan : "aku benar-benar menjadi hal yang membuat orang bahagia."
Perpisahan : "kenapa harus aku yang membuat orang kehilangan kebahagian?."
Pertemua : "aku tak tahu, yang aku paham. aku hanya menjalankan tugasku, tapi satu saat aku pernah menjadi sebuah kesedihan."
satu malam, dia datang kedalam kehidupan kegelapan dengan undangan yang aku berikan, dalam kehidupan itu dia bertemu dengan kesalahan-kesalahan yang akhirnya mereka berkawan baik, sangat baik. hingga akhirnya suatu malam. aku dengar ia memanggilmu."
Perpisahan : "benarkah itu? apa ia masih memanggilku?"
Pertemuan : "iya, hingga sekarang ia memanggilmu. dengarlah itu..."
Perpisahan : "aku akan segera mengajaknya bersamaku."
Pertemuan : "cepatlah, aku tak sanggup mendengar resahnya."
perpisahan besegera menemuinya. kini ia mengajaknya menjauh dengan kesalahan.
perpisahan :" sungguh kau mau ikut denganku?aku adalah pembuat kesedihan, tidak seperti pertemuan yang memberikan kebahagian."
dia : "aku telah bersama pertemuan, akhirnya aku bertemu dengan kesalahan. aku berteman dekat dengannya, pada akhirnya aku memahaminya. dia memaksaku tetap bersamanya, aku tak mau. aku ingin bertemu, ajaklah aku perpisahan."
perpisahan :" baiklah,, "
dia :" aku senang bertemu denganmu perpisahan. saat ini aku membutuhkanmu."
akhirnya, perpisahan menjalankan tugasnya dengan senyuman.
tak selamanya pertemuan membahagiakan, tak selamanya perpisahan menyedihkan.
bagaimana kita memberikan arti dengan pertemuan dan pepisahan? setiap orang memiliki perbedaan pandangan.
11.24.2011
Aku di sini...
“Disampingku teronggok
sebuah kursi kayu tua dan reot
Tak tega melihat
keegoisannya untuk tetap berada di sudut itu
Entah kapan aku
mulai menyadarinya,
Ternyata dia
diam tak memberiku sebuah kata
Hanya memaksaku
untuk menengoknya
Sampai pada
akhirnya, ia lenyap..
Aku mencarinya….”
Malam
ini aku mempunyai waktu sejenak untuk meregangkan otot di sekujur tubuhku,
diatas ranjang sebuah hotel. Ditemani lantunan musik jazz yang membuatku relax.
Jari-jari lihai telah menekan beberapa titik di tubuhku juga bagian kepalaku
yang membuatku begitu merasa bahwa semua ototku terasa begitu kencang, mereka
berusaha membuatku nyaman dengan pijatannya. Tak begitu kuat jari-jari mereka
memijat tubuhku, namun aku merasakan begitu menikmatinya hingga aku tertidur.
Jari-jari
mereka begitu lembut, hingga mampu menyelinap dalam bunga tidurku.
Hampir
satu jam berlalu, aku terbangun dari tidurku. Hanya aku sendiri kini di dalam
kamar hotel ini.
Aku
merasa, tubuhku terasa lebih enteng, otot-otot yang kencang sekarang telah
mengendur. Aku bangun dari ranjang itu menuju kamar mandi untuk memebersihkan
sisa minyak zaitun yang tertempel di tubuhku.
Ponselku
berdering,
Aku
mencoba meraih ponselku yang berada di meja luar kamar mandi. Ternyata pesan
singkat dari kekasihku. “sayang, aku harap kamu selalu dalam lindungan-Nya”.
Setelah membacanya, aku letakkan kembali ponselku di atas meja. Aku lanjutkan
untuk mandi.
Ponselku
kembali berdering, dengan membawa handuk aku keluar dari kamar mandi dan
kembali melihat poselku. Ternyata pesan singkat dari managerku, “ gi, aku
tunggu di lobi segera. Kita akan melanjutkan perjalanan ke Surabaya sekarang,
yang lain sudah menunggu”. Secepat mungkin aku menggerakan jemariku untuk
membalas pesan singkat itu, “ ya, aku lagi siap-siap”.
Perjalananku
kini menuju kota Surabaya, memang menjadi agenda bulan ini untuk mengadakan
tour promo untuk album band pertamaku ini. Sangat melelahkan, singgah dari satu
kota ke kota lainnya untuk bermusik, namun hal ini adalah cita-citaku sejak
dulu. Menjadi sosok pemusik yang diakui keberadaanya melalui karya di dunia
musik nasional.
Menuju
bandara soekarno hatta, untuk perjalanan ke Surabaya.
Sesampainya
di kota buaya ini, aku sudah disibukkan dengan pelbagai agenda yang harus
dijalankan sebagai proses promo album ini. Agenda pertamaku, mengunjungi salah
satu radio lokal untuk mengadakan interview mengenai bandku.
Beberapa
pertanyaan diajukan untuk setiap personil. Hingga pada akhirnya, kami
menyanyikan sebuah lagu yang menjadi hits kami. Ketika aku menyanyikan sebuah
lagu, ponselku kembali berdering. Pesan singkat masuk kedalam poselku. “sayang,
hari ini aku bener-bener lelah, kamu jaga kesehatan ya. I miss u”. sesegera
mungkin aku mematikan ponselku, agar tidak menggangu performance ku saat itu.
Acaraku
telah selesai untuk malam ini. Aku mengaktifkan kembali ponselku. Tiba-tiba aku
mendapatkan pesan singkat, bahwa no ponsel kekasihku telah menghubungiku
sebanayak lima kali.
“agi,
kita harus segera kembali ke hotel untuk meeting acara besok”. Tanpa piker
panjang, aku menuju ke dalam mobil untuk melaju kehotel.
Sesampainya
di hotel, kami menuju kamar untuk mengadakan meeting untuk acara performance
esok hari disalah satu pusat perbelanjaan ternama di kota ini. Kini waktu telah
menunjukan pukul 1 malam. Saatnya beristirahat, persiapakan diri untuk esok hari.
Pesan
singkat muncul di ponselku, “ happy anniversary sayang, aku harap kamu
baik-baik disana ya. Dimanapun aku, aku sayang kamu”. Pesan itu sempat terbaca
olehku malam itu, aku tidak sempat membalasnya karena aku telah berada dalam dunia dimana segala
sesuatu yang tak mungkin dapat menjadi mungkin disini. 280911.
Malam
itu berarti tepat setahun aku menjalin hubungan dengan kekasihku, ica. Hubungan
kami tidak seperti orang kebanyakan, yang setiap malam minggu jalan berdua.
Atau harus menelpon di manapun kita berada. Melaporkan semua kegiatan yang
dilakukan hari itu, atau untuk hari selanjutnya. Kadang, hal itu sebenarnya
kami lakukan, namun bukan sesuatu yang wajib bagi kami. Alasan kami atas semua
itu adalah, yang terpenting adalah pengertian. Aku selalu merasa tak nyaman,
saat segala sesuatunya harus dilaporkan, “memangnya aku satpam”, Aku selalu berkata begitu, ketika dia kesal
saat aku tak memberikan kabar mungkin hingga berhari-hari. Aku selalu mempunyai
alasan untuk hal itu, karena aku di sini tak macam-macam. Aku benar-benar sibuk
dengan pekerjaanku. Bukan untuk berhura-hura atau sekadar main-main. Disini aku
memerlukan tenaga dan pikiran untuk menghasilkan sebuah penampilan yang baik.
Kami
terpisah oleh ruang dan waktu. Ica bermukim di kotanya, yaitu banten. Sedangkan
aku kini di Jakarta, namun itu merupakan tempat singgahku. Sekarang aku harus
singgah dibeberapa kota, Surabaya, malang, jogja dan solo dalam seminggu ini. Ica
sangat rajin mengirimkan pesan singkat kepadaku, karena hanya itu yang bias ia
lakukan. Aku merasa bahwa ia begitu merindukanku, begitu juga aku. Telah
sebulan ini, aku tidak mendengar suaranya. Hanya pesan singkat yang aku terima.
Aku tahu, ia tidak akan menelponku, ia tahu bahwa aku tidak akan
mengangkatkanya, karena aku begitu sibuk. Suatu waktu pernah ia menghubungiku
dan aku jawab panggilannya, namun aku berkata, “aku lagi latihan”, mungkin dari
situlah ia mencoba menahan keinginannya untuk menghubungi. Ia menunggu aku
menghubunginya, karena saat itulah aku tidak dalam keadaan sibuk, namun sudah
sebulan ini aku tidak menelponnya, pesan singkatnyapun jarang aku balas. Aku
sadar itu, merasa bersalah tentunya. Tapi aku yakin, ia mengerti akan situasi
dan kondisiku sekarang. Karena aku mengenalnya.
Sudah
dua bulan berlalu, kini usahaku telah membuahkan hasil. Tak hanya dikontrak
oleh sebuah lebel ternama, kamipun mendapatkan kesempatan tampil
ditelevisi-televisi. Dari situlah, banyak sesuatu yang berubah. Gaya hidup,
kebutuhan, pergaulan, juga termasuk perasaan. Mengenal pelbagai sosok orang
membuatku merasakan sesuatu yang baru.
Pesan
singkat selalu singgah diponselku, “ sayang, walau aku ngga ada disamping kamu,
tapi aku selalu menjaga hatiku”. Atau pesan singkat yang masuk di pagi hari, “
pagi sayangku, aku harap kamu selalu diberikan kelancaran, I Love u”. atau
sekadar ucapan selamat malam dengan gayanya, “ malam ini, aku titip salam sama
angin, kalo aku sayang kamu. Selamat malam sayang”.
Dengan
beberapa hal baru yang ada dihidupku, aku mengenal perempuan bernama mesi. Ia
salah seorang kenalan dari temanku. Ia selalu hadir di acara-acara kami,
membawakan aku makanan, atau hanya sekadar mengucapkan kata semangat untuk
acara pementasanku. Telah dua minggu ini aku mengenalnya, lebih dekat. Ia
selalu ada, untuk memberikan perhatiannya secara langsung dihadapanku. Sangat
berarti bagiku, apalagi belakangan ini, aku mengalami krisis komunikasi dengan
ica. Sekarang, pesan singkat darinya jarang aku terima. Dan suatu waktu aku
menghubunginya, tak dijawab olehnya. Dan kini aku mendapatkan perhatian penuh
dan langsung dari mesi yang begitu memesona secara fisik dibandingkan ica. Hal
itu aku akui salah, tak seharusnya aku membanding-bandingkan ica dengan mesi,
bagaimanapun ica adalah kekasihku dan mesi adalah seseorang yang belum lama aku
kenal. Namun tak bias aku pungkiri, perhatiiannya begitu terasa dan ternyata
aku butuhkan.
Telah
tiga bulan ini, aku tidak sama sekali mendaptkan kabar dari ica. Aku pikir ia
telah melupakanku, dan mendapatkan penggantiku. Karena aku terlalu sibuk dengan
urusanku. Acara-acara on-air dan off-air yang aku jalani sangat menyita
waktuku. Hal ini adalah sebuah konsekuensi yang harus aku terima, untuk sebuah
kesuksesan. Pundi-pundi materi, terus mengalir kedalam kantongku. Pelbagai
rencana, telah aku rancang sebagai investasiku. Kedekatanku dengan mesi juga
semakin serius. Telah 4 bulan ini aku menjalani hubungan dengan mesi, seperti
halnya dengan ica. Tak ada akhir yang bias aku ceritakan dengan ica, karena ia
menghilang tanpa pernah berpamitan pada komitmen kami, dan aku anggap itu
sebagai hal mempermudah hubunganku dengan mesi.
Ternyata
tanpa aku duga, mesi mengajakku untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius
yaitu pernikahan. Sebenarnya akupun sempat berencana seperti itu, rencana itu
sebenarnya aku rancang dengan ica, namun semua telah berbeda. Kini mesi yang
ada dismpingku.
“sayang,
aku ngga mau kalo hubungan kita ini Cuma sekedar pacaran aja, aku dan begitupun
orang tuaku menginginkan agar hubungan ini di seriuskan”, mendangar kata-kata
itu aku tak bias langsung menjawabya. Aku hanya diam dan berpikir. Pelbagai
pikiran berkecamuk di otakku, tentang pekerjaan, keluarga, masa depan, juga
masa lalu.
Aku
terdiam di dalam studio musikku, aku merenung. Segala hal yang aku butuhkan
untuk membina rumah tangga telah aku miliki, materi, usia yang cukup, juga
dukungan dari keluarga yang menyuruhku untuk segera menikah, alasan mereka
yaitu agar ada yang memerhatikan segalanya tentangku. Tak mengapa rasanya tak
lengkap, ada bagain yang hilang.
Tiba-tiba,
sahabatku dan sekaligus rekan bandku mendatangku. “gi, segala sesuatu kita
mulai dari nol, segala upaya dan doa kita butuhkan untuk mencapai semua itu.
Dan orang-orang disekitar kita saat itulah, yang benar-benar berjasa dalam
usaha kita. Segala doa dan semngat yang mereka berikan, dan saat dimana kita
benar-benar ngga punya apa-apa. Liat aku, sekarang aku benar-benar bahagia
dengan apa yang aku dapetin sekarang. Juga masalah cinta, sekarang lengkap. Aku
sekarang hidup seatap dengan perempuan yang benar-benar hebat mendampingi aku
lewat doanya disaat aku lupa berdoa untuk diriku sendiri apalagi untuk kami,
tapi ia tetap setia menungguku. Dan kesabaran kami benar-benar membuahkan hasil
dan hasilnya buah hati kami, reni. Hehehe..”. mendengar hal itu, aku sadar
memang ada bagian yang tak lengkap dari rencanaku, aku telah memiliki atap,
lantai, dan segala isi didalmnya, namun aku tidak memiliki tiang pasanganku
yaitu ica.
Hari
itu juga, aku menemui mesi. Mengatakan bahwa aku tak bias berdampingan
dengannya untuk mengikat tali pernikahan. Ketika, aku membuka pintu
apartmennya, aku menemukannya dengan seorang pria yang aku kenal. Tanpa berkata
sesuatu, aku kembali keluar.
Segala
macam pikiran berkecamuk di batinku. Inilah hasilnya atas ketidak setiannku,
inilah hasilnya, saat aku tak bias menjaga dan mensyukuri dengan apa yang aku
punya. Dan saatnya aku harus membayar semuanya. Aku tak bisa membohongi diriku
sendiri, bahwa aku mencintai ica. Ica yang selalu menyertakan aku dalam doanya,
menajaga hatiku yang ada padanya, mengerti akan setiap keegoisanku, mencariku
saat aku mulai tak mencarinya. Paham bagaimana diam dalam kerinduan demi sebuah
pengorbanan. Dengan segala hal yang aku tak miliki, ia hadir untuk membuatku
percaya.
Pikiran
it terus terngiang di pikiran dan batinnku. Aku merasa bersalah. Seketika, aku
teringat dengan pesan singkat terakahir yang aku terima dari ica. Saat itu aku
tidak membalasnya, karena aku sedang bersama mesi di apartmennya. Sesegera
mungkin saat itu, aku menonaktifkan ponselku. Tapi aku sempat membacanya, “
sayang, malam ini dingin sekali. Aku merasa begitu kedinginan. Sayang, aku
selalu menjaga diriku untuk kita nanti. Aku harap kamupun begitu. Sayang, aku
yakin kita akan bersama walaupun bukan sekarang.”
Malam
itu juga aku berangkat ke Banten untuk menemui ica. Aku hubungi managerku, “
wi, aku minta braek buat besok. Ada urusan penting.” “aduh, ga bias gi. Jadwal
udah fix, ga bisa dirubah.” “aku ngga mau tau, aku Cuma minta break sehari
untuk sekali ini.” “yaudah aku atur, deh”
Aku
segera menuju kemobil melaju dengan kecepatan penuh, di dalam mobil aku
berusaha menghubngi ica. Namun tak sekalipun ia menjawab telponku. Apakah ia
telah benar-benar melupakanku? Apaka dia benar-benar kecewa dan sakit hati
kepada tentang hubunganku dengan mesi yang muncul dilayar kaca? Ataukah dia
telah mendapatkan penggantiku? Yang terpenting adalahaku harus segera tiba
dirumahnya, untuk menjawab segala pertanyaan dibenakku serta meminta maaf
kepadanya dan yang paling penting adalah menayatkan cintaku kepadanya, naïf kah
aku? Apapun itu, kini aku merasa beraharap dan harus bersamanya.
Akhirnya
aku sampai pada temapt tujuanku. Aku merasa aku perlu menjelaskan apa yang
harus aku jelaskan, pertanyaan-pertanyaan yang akan bertubi-tubi menyerangku,
aku berjanji aku akan mejawabnya dengan kejujuranku, ya sepenuhnya. Akupun akan
menjawab segala pertanyaan yang tak terucap dari mulutnya, aku akan
menjawabnya. Kakikupun menginjak tanah, yang telah lama aku tinggalkan. Gemetar
kakiku,, aku malu, tapi aku perlu menjelaskan semuanya untuk mendapatkannya.
Aku harap. Aku langkahkan kakiku mendekati rumahnya.
Kini
gemetar tak saja melanda kakiku, tetapi dadaku. Detak jantungku kini berdetak
lebih bersemangat akibat pemandangan yang aku dapati. Duduk dua orang di depan
teras rumahnya. Aku pastikan, ia adalah kedua orang tua ica. Aku lihat mereka
berdu terlibat dalam obrolan serius, hal itu dapat aku lihat dari raut wajah
keduanya yang menggambarkan ketegangan. Aku beranikan diri untuk membuka
langkah pertamaku untuk niatan baikku.
“asslammualikum,,”
“walaikumsalam,
eh,, nak egi. Silahkan masuk”
Sambutan
yang hangat, pertanda baik untuk langkah pertama. Raut ketegangan dalam
percakapan keduanya telah hilang. Diganti dengan sapaan manis dari ibunya.
Sedangkan ayahnya, hanya bersalaman kemudian masuk kedalam rumah dan
meninggalkan aku dengan isterinya.
“sudah
lama tak datang, apa kabarnya?”
“iya
ibu,, kabar baik. Ibu gimna? Sehat?”
“Alhamdulillah
sehat semua disini”
Semua?
Berarti termasuk dengan ica. Pernyataan ibunya membuat aku merasa sedikit lebih
tenang dengan segala macam pikiranku tentang ica, hal yang paling penting sudah
akau dapatkan, ia sehat.
“ibu,
gimana kabar ica?”
“
ica?”
“iya
bu,, gimana kabar ica? Ica ada bu?”
Raut
wajah ibunya berubah murung. Kini pandangannya tak lagi seramah pertama aku
datang. jelas raut wajahnya berubah menjadi duka. Matanya berkaca-kaca. Kini jelas terlihat menetes air matanya yang
mengalir di pipinya.
“ibu,
kenapa dengan ica?, adakah sesuatu yang terjadi padanya? Tadi ibu bilang, bahwa
semua sehat?, termasuk ica kan bu?”
Pertanyaanku
menyerangnya bertubi-tubi, semakin ia meneteskan air mata semakin membuatku
melemparkan pertanyaan kepadanya. Hingga akhirnya ayah ica datang menghampiri
kami berdua. Sekejap aku tersadar atas sikapku yang membuat ibu ica semakin
menangis. Aku merasa aku egois dengan penyiksaanku kepadanya dengan
pertanyaan-pertanyaanku.
“maaf
pak, maaf.. bukan maksudku membuat ibu seperti ini”
Ia
tidak menjawab permintaan maafku. Ia hanya berusaha menenangkan isterinya, yang
menangis tersedu-sedu. Aku merasa bersalah dengan sikapku Namun, aku merasa
berhak mengetahu keadaan ica. Karena aku adalah kekasihnya, ya itu pikiranku
sekarang. Egoiskah aku? Tentunya! Terserah apa kata siapapun. Yang penting aku
memerlukan kabar tentang ica. Pertanyaan-pertanyaan yang telah aku ajukan
kepada ibunya, tak medapatkan jawaban, hanya linangan air mata yang menjawab
pertanyaanku. Dan kini pertanyaan-pertanyaan itu bersarang di otakku. Tak hanya
otakku, hatiku,, ya hatiku lebih bertanya-tanya tentang ica. Aku terlalu dini,
untuk memikirkan apakah ica masih mencintaiku? Sekarang yang aku butuhkan.
Sehatkah ia? Dan dimana kah ia sekarang?
Aku hanya terdiam. Tiba-tiba ayahnya
berkata
“maaf
gi, maaf kami membuatmu bingung”
“iya
pak, ngga apa-apa. Aku Cuma mau Tanya. Gimana kabarnya ica? Bolehkah aku
menemuinya?”
“boleh
qo, nanti kita temui dia”
“benar
pak?”
Raut
wajahku berubah menjadi sumeringah, aku akan bertemu dengan ica. Yaa. Orang
yang aku sayang hingga detik ini. Orang yang telah aku kecewakan. Orang yang telah
menemaniku dalam perjuanganku meniti kaririku hingga aku mendapatkan apa yang
aku miliki sekarang. Iya, dia ica. Wanita yang telah lama aku tinggalkan, aku
tak melupakannya. Aku mengakui keberadaanya. Tapi bodohnya aku, aku selalu
meyuruhnya untuk diam menantiku, tanpa menjaganya. Dan sekarang aku akan
menemuinya. Yaa, bertemu dengannya, melihat kembali wajah ayunya, yang
membuatku tenang dalam setiap kegelisahanku, yang sudah lama aku tak
merasakannya. Aku tak melihatnya, juga dalam hatiku. Aku tak sabar.
Tapi
satu hal yang membuatku kembali bertanya akan suatu hal, ya satu hal yang
membuatku bertanya-tanya dengan satu pertnyaan. “ kenapa ibunya ica menangis
saat aku tanyakan tentang ica? Kenapa? Kenapa? Kenapa?”
Saat
pikiranku sibuk bertanya-tanya ayahnya ica mengajakku pergi.
“mari
egi, kita temui ica”
“iya
pak”
Kami
berdua berjalan meninggalkan ibunya ica, yang masih menampakan raut
kesedihannya dengan sisa-sisa air mata yang membuat matanya berkaca-kaca.
Kami
berdua berjalan, dalam perjalanan ayahnya ica mengajakku berbincang tentang
pekerjaanku. Tentang karirku. Aku menjawabnya seadanya, focus pikiranku hanya
pada ica. Spanjang perjalanan aku sibuk dengan pikiranku sendiri, dan ayahnya
ica sibuk dengan seorang anak kecil yang dipangkunya. Aku mengemudikan mobil
dengan sesekali melihat kea rah anak kecil itu. Dia tertawa padaku.
“sayang,
aku ada disini sayang, kamu kemana?, aku tunggu kabar dari kamu. Kamu
menghilang. Apa kamu sibuk? Apa ngga sempat kabarin aku? Aku khawatir sayang,
udah seminggu lebih kamu sibuk ya?. Tapi apa sesibuk itu? Atau kamu lupa sama
aku?, aku ada disini sayang,,”
“Suatu saat
nanti, ketika redupnya mentari menemaniku
Akan aku katakana
bahwa hening terasa membuatku tenang
Walau terkadang
kegaduhan singgah menjadi pelipur lara
Kau tau? Aku diam-diam
menjadi pencuri senyuman
Dan hingga
saatnya nanti, kelak kau akan menyadarinya”
Pesan singkat-pesan singkat dari ica
kini terus melintas dipikiranku, alangkah teganya aku. Aku tak pernah memberi
kabar padanya, apalagi menanyakan kabarnya. Mungkin saat itu aku sedang sibuk,
tapi saat aku tak sibukpun aku tak berniat untuk membalas pesan singkatnya.
Ya,, aku berpikir untuk apa hubungan seperti ini? Dia tak ada saat aku
butuhkan. Ketika aku membutuhkan seseorang yang ada disampingku saat itu adalah
mesi, padahal aku memiliki ica yang menunggu. Salahku selalu membuatku menyesal
sekarang.
“stop egi, didepan”
Ayahnya
ica menyuruhku berhenti dan menunjuk ke sebuah tempat.
Aku
mematikan mesin mobil dan menuju tempat itu. Tak asing bagiku. Ini adalah tempat
favorit kita. Bukan sebuah taman, ini adalah sebuah bukit hijau. Dibawahnya
dulu kita bisa melihat pemandangan
lampu-lampu kota, ada sebuah bangku kayu panjang tempat dimana kita selalu
berkhayal tentang masa depan. Tentang bagaimana nanti kita menikah, mulai dari
adat apa yang akan kita gunakan, hingga warna pakaian pengantin yang akan kami
kenakan. Anak yang akan kami miliki, hingga kelak cucu yang lucu menemani kami
saat kami renta. Itu tanda bahwa kami telah berusaha berkomitmen untuk bersama
hingga akhir hayat.
“egi,
ayoo” ajak ayahya. Ia berjalan menuju sebuah pohon beringin rindang.
Aku
tersenyum, mengenang semua tentang ica. Dan yang membuatku senang, aku sekarang
disini untuk menemui ica. Aku sudah yakin, ica tak akan melupakan semua tentang
kami. Buktinya sekarang ia ada disini. Ditempat favorit kami. Aku terus
berjalan di belakang ayahnya ica, dengan kenangan indah yang menemaniku dan
mataku sibuk berusaha mencari keberadaan ica. Tapi tak kudapati. Tak ada
seorang di bawah pohon itu.
Akhirnya
…
11.10.2011
Sepercik Embun dari Sabar & Ikhlas: Tentang Wanita
Sepercik Embun dari Sabar & Ikhlas: Tentang Wanita: Ketika TUHAN menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-6. Malaikat bertanya "mengapa begitu lama Tuhan?" Tuhan menjawab : "Sudahkan engk...
10.25.2011
autosugesti
“dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat bahwa bukan
kebahagian yang membuat kita berterimakasih, namun rasa terima kasihlah yang
membuat kita bahagia” (Albert Clarke)
Tentunya sering sekali kita mendengar kata-kata seperti di
atas. Kata-kata yang diungkapkan oleh motivator-motivator di media massa cetak
atau elektronik. Kata-kata tersebut bertujuan untuk memengaruhi pikiran kita.
Menjadikan kita mampu untuk mengaktualisasikannya dalam kehidupn demi
tercapainya sebuh tujuan tertentu.
Menurut Napoleon Hill dalam bukunya New Think and
Grow Rich, autosugesti adalah cara berk
omunikasi antara bagian pikiran
tempat berlangsungnya pemikiran sadar dan bagian yang bertindak sebagai pusat
tindakan pikiran bawah sadar.
Mengingat hal tersebut, ternyata tak begitu saja kata-kata
yang kita serap mampu teraktualisasikan dalam kehidupan, apalagi kata-kata
tersebut mampu mengubah sesuatu dalam kehidupan. Peranan kata-kata dalam hal
ini adalah sebagai jembatan penyampaian keinginan pada alam bawah sadar. Apakah
anda pernah berpikir, mengapa bisa hanya sebuah kata-kata dapat membuat kita
melakukan sesuatu yang mampu mengubah sesuatu dalam kehidupan kita? Itulah yang disebut dengan autosugesti.
Tidak sekedar berucapa dengan
kata-kata dalam melakukan autosugesti, ada beberapa hal harus menjadi perhatian
demi keberhasilannya autosegesti. Jika alam bawah sadar kita telah mampu
merekam keinginan yang kita nyatakan dengan kata-kata positif yang diucapkan
berulang-ulang sebagai sebuah perintah(afirmasi
positif berulang) maka segala tindakan dan pikiran kita akan berorientasi
pada keinginan tersebut. Oleh karena itu, keinginan menjadi hal yang sangat
penting dalam melakukan autosugeti ini. Selain keinginan, keyakinan menjadi salah satu faktor keberhasilan
autosugesti ini. Keyakinan bahwa
kita mampu melakukan sesuatu dari kata-kata yang teraktualisasikan dari
keinginan tersebut. Untuk memengaruhi alam bawah sadar kita, hal yang harus
juga harus diperhatikan adalah emosi. Ulangi kata-kata tersebut dengan penuh emosi. Tidak harus dengan bersuara
apalagi berteriak-teriak, yang terpenting adalah konsentrasi, sehingga komunikasi alam sadar dan bawah sadar kita
mampu terjalin dengan baik.
9.15.2011
jika tak datang angin saat itu
kan ku katakan pada malam yang selalu setia dalam kegelapan
akan ku titipkan pada sapuan angin yang selalu mesra menjama dedauan
jika tak datang angin saat itu
tunggu dalam diam,, rasaku kan manghampiri.
saat ini aku ditemani oleh rasamu yang selalu menjagaku, atau aku saja yang terlalu percaya diri bahwa rasa itu selalu mengikuti karena aku selalu mengamati hatimu??
aku tak peduli,, selagi aku mampu merasakan perasaan ini.
aku lepaskan sayap harapan yang terbang menghampirimu ..
aku harap dia bercerita melalui kepakan sayapnya tentangku..
berandai saja itu aku, yang akan selalu mengamatimu dalam gerak dan diammu.
aku akan menjadi udara saat kau mulai berpikir dalam keriuhan kegiatan logikamu,,
akan ku hembuskan udara yang aku curi dari langit yang tak terkontaminasi oleh nafas logika kotor yang selalu mengalahkan hati.
dan saat kau terdiam, karena tak ada lagi mata yang membuatmu mengerti..
aku akan menjelma menjadi suara diam yang aku pastikan kau mendengarnya..
ceritakan dalam diam, aku akan mendengarnya lewat lantunan hening waktu ,,
tak akan ada kata yang berkejaran dengan angin yang selalu kalah karena waktu.
karena saat itu, aku mohon pada penguasa waktu untuk berhenti membawa muatan cerita..
aku minta, hanya diammu yang melewati waktu.. dan aku ada.
namun jika suatu saat nanti, sayapku telah rapuh..
aku telah menceritakan tentangmu pada angin yang tak riuh akan gerakanya,, untuk menjagamu dalam kehangatan saat tak ada lagi sayap yang mampu memelukmu..
akupun telah bercerita tentangmu pada malam yang selalu menjadi sahabat heningku, ia paham aku, tentang mauku tentangmu, doaku untukmu, harapanku untuk kita, yang aku ukir dalam kegelapannya...
dan aku akan tetap disini, dalam udara yang menjadi kehidupan...
selagi kau mau...
tunggu dalam diam,, rasaku kan manghampiri.
saat ini aku ditemani oleh rasamu yang selalu menjagaku, atau aku saja yang terlalu percaya diri bahwa rasa itu selalu mengikuti karena aku selalu mengamati hatimu??
aku tak peduli,, selagi aku mampu merasakan perasaan ini.
aku lepaskan sayap harapan yang terbang menghampirimu ..
aku harap dia bercerita melalui kepakan sayapnya tentangku..
berandai saja itu aku, yang akan selalu mengamatimu dalam gerak dan diammu.
aku akan menjadi udara saat kau mulai berpikir dalam keriuhan kegiatan logikamu,,
akan ku hembuskan udara yang aku curi dari langit yang tak terkontaminasi oleh nafas logika kotor yang selalu mengalahkan hati.
dan saat kau terdiam, karena tak ada lagi mata yang membuatmu mengerti..
aku akan menjelma menjadi suara diam yang aku pastikan kau mendengarnya..
ceritakan dalam diam, aku akan mendengarnya lewat lantunan hening waktu ,,
tak akan ada kata yang berkejaran dengan angin yang selalu kalah karena waktu.
karena saat itu, aku mohon pada penguasa waktu untuk berhenti membawa muatan cerita..
aku minta, hanya diammu yang melewati waktu.. dan aku ada.
namun jika suatu saat nanti, sayapku telah rapuh..
aku telah menceritakan tentangmu pada angin yang tak riuh akan gerakanya,, untuk menjagamu dalam kehangatan saat tak ada lagi sayap yang mampu memelukmu..
akupun telah bercerita tentangmu pada malam yang selalu menjadi sahabat heningku, ia paham aku, tentang mauku tentangmu, doaku untukmu, harapanku untuk kita, yang aku ukir dalam kegelapannya...
dan aku akan tetap disini, dalam udara yang menjadi kehidupan...
selagi kau mau...
Langganan:
Postingan (Atom)
Blog Archive
berbagi pengalaman melalui tulisan
waktu menceritakan
About
Entri Populer
-
“dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat bahwa bukan kebahagian yang membuat kita berterimakasih, namun rasa terima kasihlah yang ...
-
penjelajahan kebudayaan ujung kulon, hanya satu kata yang mampu mewakili " AMAZING!" aku suka dengan alam, alam mampu memeberikan...
-
saat kita masih melangkah bersama, saat kau jadi pundak setia ketika aku mulai tak kuat untuk menahan air mataku, saat kau dengan setia mend...
-
malam selalu menyambutku untuk bergabung bersamanya, tidak dalam keseluruhan malam, namun hanya beberapa saat ketika waktu mengijinkanku. ...
-
aku duduk di atas amben tepat menghadap kebun singkong, Hitam, tak ada putih Hanya ada suara angin yang membantu bersentuhnya daun singkon...
-
Sepercik Embun dari Sabar & Ikhlas: Tentang Wanita : Ketika TUHAN menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-6. Malaikat bertanya "...
-
aku tidak suka melihat cara pandang anda padaku! terlalu meyelidik! rasanya bola mata itu ingin sekali keluar dari wajahmu dan mengikuti se...
-
matahari terbit dan akan tenggelam. ketika siang menyapa akan selalu membawa malam. suatu saat nanti semua akan terdiam dalam kesedihan ya...
-
kali ini aku ingin berandai-andai.. sejenak saja.. andai saja kau kenal aku ya sekarang kau kenal aku,, namaku. andai saja kau kenal s...
-
“Disampingku teronggok sebuah kursi kayu tua dan reot Tak tega melihat keegoisannya untuk tetap berada di sudut itu Entah kapan aku mu...